Aktivitas sales atau penjualan adalah aktivitas yang berhubungan dengan menjual produk atau jasa pada konsumen atau bisnis. Seperti halnya tim marketing, tim sales pasti juga memiliki target konsumen pada jangka waktu tertentu. Salah satu cara mereka mencapai target tersebut adalah dengan strategi cold calling dan warm calling, Masih asing dengan kedua istilah tersebut? Yuk, kita bahas satu-persatu!
Apa itu cold calling?
Cold calling adalah salah satu strategi sales yang dilakukan dengan cara menghubungi calon konsumen yang belum pernah Anda hubungi melalui email atau telepon untuk menjelaskan produk atau jasa perusahaan Anda, dengan tujuan agar calon konsumen tertarik untuk membeli.Â
Data calon konsumen yang dihubungi melalui cold calling biasanya berasal dari suatu tempat, namun Anda tidak tahu pasti apakah calon konsumen tersebut tertarik atau tidak dengan produk atau jasa Anda. Hal inilah yang membuat cold calling cenderung tidak disukai karena mengganggu. Sebuah penelitian dari Harvard Business Review melaporkan panggilan dingin 90% tidak efektif dan penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa kurang dari 2% panggilan dingin benar-benar menghasilkan penjualan. Dengan asumsi , dibutuhkan 6.264 cold calling untuk membuat empat penjualan.Â
Apa itu warm calling?
Sesuai dengan namanya, strategi sales ini dilakukan dengan cara menghubungi calon konsumen yang benar-benar tertarik dengan produk atau jasa Anda, atau seminimal mungkin tahu bahwa perusahaan dan produk Anda ada. Terdapat beberapa indikator untuk menjadikan calon konsumen masuk dalam daftar warm calling, misalnya pernah berkomentar pada unggahan LinkedIn perusahaan Anda, mengikuti acara atau webinar yang telah Anda adakan, berinteraksi dengan konten berbayar Anda, bahkan mengikuti atau berinteraksi seperti menyukai dan berkomentar pada sosial media juga menjadi salah satu indikator calon konsumen warm calling.Â
Bagaimana cold calling dan warm calling berpengaruh pada sales?
Seperti yang telah kita ketahui di atas, strategi cold calling kurang disukai karena cukup mengganggu. Hal ini juga berpengaruh pada penjualan Anda, cold calling cenderung kurang berhasil untuk mendatangkan penjualan karena, dapat dikatakan Anda menghubungi seseorang secara acak dan tidak tahu pasti akan ketertarikan mereka terhadap produk Anda. Maka dari itu, cold calling kurang baik untuk produk Anda. Dalam perusahaan atau bisnis yang mengandalkan cold calling, arus prospek melambat, tim penjualan semakin frustasi, dan akan semakin sulit mencapai target.Â
Sebaliknya, warm calling adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk meningkatkan sales. Cara ini efektif untuk menghubungi kembali atau mengingatkan kembali calon konsumen untuk membeli produk atau jasa Anda. Semakin banyak daftar warm calling calon konsumen Anda, artinya brand awareness (kesadaran merek) bisnis Anda cukup baik, sehingga mereka banyak melakukan interaksi (engagement).Â
Strategi wam calling cenderung lebih baik daripada cold calling, namun hal ini tidak memungkiri bahwa cold calling juga dapat berdampak positif pada proses dan hasil penjualan produk atau jasa Anda. Melalui cold calling yang efektif dan terencana, hasilnya tentu akan menjadi lebih baik. Sama halnya dengan warm calling, meskipun berdampak baik bagi bisnis, tapi tidak semua warm calling menguntungkan dan mendapat jawaban baik dari calon konsumen. Setelah warm calling, sebaiknya Anda menghubungi kembali via email maupun telepon, agar calon konsumen semakin yakin akan fitur dan manfaat dari produk Anda dan akhirnya melakukan pembelian.
Setelah mengetahui lebih dalam mengenai cold calling dan warm calling, apakah Anda tertarik melakukan strategi sales cold calling dan warm calling? Apapun strategi yang Anda pilih, jangan lupa melakukan A/B testing dan evaluasi ya!